Minggu, 15 September 2019

Inspirator Bangsa

Untukmu Wahai Inspirator kita

Wahai bapak.....
Kepergianmu menyisakan duka
Yang amat mendalam
Kami semua mengenalmu
Sebagai suri tauladan yang patut kita contoh
Kami mengenalmu sebagai manusia
Dengan penuh rasa gigih dan cerdas
Kau menyelamatkan negeri ini
Dari derita moneter
Hingga membuat rakyat sengsara
Kaulah yang menciptakan ilmu pengetahuan
Sehingga dapat membuat suatu peradaban
Kau menciptakan pesawat, kereta api
Juga kapal laut
Sehingga kami bisa mengarungi lautan
Melayang layang bagai burung terbang
Mengelilingi bumi ini dengan kecepatan kereta api
Wahai bapak.....
Kau begitu menginspirasi
Kau begitu disegani
Kau begitu dihormati
Kau begitu disukai
Kau juga begitu disayangi
Sosokmu begitu jenaka
Hingga tak heran banyak orang yang menyukai mu
Kau sosok yang gigih
Tangguh membela kebenaran
Membela bangsamu sendiri
Hingga negeri ini tersenyum kembali
Dengan wajah yang berseri seri
Dengan semangat yang berapi-api
Dengan tekad yang amatlah tinggi
Kau korbankan semuanya itu
Hanya untuk negeri mu sendiri
Wahai bapak......
Kau adalah penyayang keluarga
Kau selalu bersama dengan belahan hatimu
Tak pernah mau sedikitpun
Kau terpisah darinya itu
Kau begitu setia pada istrimu
Pada pendamping hidupmu
Yang berpuluh-puluh tahun
Menemanimu dalam suka duka
Dalam susah maupun senang
Kau tetap setia padanya itu
Bahkan ketika kau meniti hidup
Kau tak ingin jauh darinya itu
Kau selalu ingin ada disampingnya
Betapa dia begitu setia menemanimu
Hingga ujung waktu
Bahkan ketika dia sakit pun
Kau ada untuknya
Kau ada disampingnya
Hingga menghembuskan nafas terakhirnya
Kau bahkan ada didekatnya
Hingga maut memisahkan mu
Kau tetap setia meski dirinya
Sudah tiada
Kau kunjungi pusaranya
Hingga kadang meneteskan air mata
Kesedihan yang amat mendalam
Begitu dirasa
Kau pernah mengatakan satu hal
Jika kau tiada
Kau ingin dimakamkan tepat di samping makam mendiang istrimu
Dan kini........
Keinginan itu terwujud sudah
Kau sudah ada disamping makam
Orang yang paling kau sayangi
Kepergianmu menyisakan duka mendalam
Tapi semangatmu tidak akan pudar
Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik
Untukmu dan juga bidadari surga mu

Sabtu, 07 September 2019

Maha rindu

Andaikan Rembulan Tahu

Dalam hati ini
Tersimpan sebuah mimpi
Yang tak kunjung kembali
Entah itu asa yang selalu aku miliki
Entah itu jiwa yang gundah sebab iri
Tidak tahu pasti
Apakah ada dalam diri ini
Aku berdiri di sini
Beratap langit
Beralas tanah
Bertabur bintang dicakrawala
Rembulan bertahta diangkasa
Berjuta sepi menggores hati
Andaikan saja rembulan tahu....
Begitu dalamnya rasa ini
Tertegun pada kesunyian malam
Terlena dalam jiwa yang merana
Terbuai dalam kegelapan sunyi
Terbayang akan gelisah
Seolah ada di abaikan
Dia pun tersenyum manis
Seperti satu wajah yang ku ingat
Sebagai penghibur
Kala duka mendera
Andai saja rembulan tahu.....
Apa yang sebenarnya ku mau
Aku akan bicara padanya
Tentang kepedihan yang menerpa
Menghempas segala cara
Untuk mengobati luka ini
Kau selalu membuat ku termangu
Menatapmu adalah anugerah
Dari sang maha pencipta
Tapi apakah dia tahu
Jika aku merindu

Jumat, 09 Agustus 2019

Diantara senja

Senja Diantara Hamparan Bunga

Senyum mega berwarna jingga
Merah merekah merona jiwa
Langit biru berubah warna
Menawan indah dipandang mata
Awan putih berhias mahkota
Dewa siang menyingkir kesana
Hamparan bunga yang ada
Menyejukkan mata
Warna warni bunga
Menghiasi senja
Akan hilang warna kehidupan manusia Diabatasi cakrawala dunia
Bunga Kamboja
Menghiasi setiap batas cakrawala
Menerbitkan sejuta pesona
Siang ditelan malam
Sunyi bersemayam dalam hati
Tersimpan cerita dan misteri
Beribu jalan sudah dilalui
Bunga bunga itu
Tertunduk malu
Akan langit biru
Angin berhembus menderu deru
Gejolak mimpi semakin ambigu
Senja diantara hamparan bunga
Mengajarkan kita
Bahwa setiap kejadian yang ada
Adalah bukti dari perjalanan hidup
Semangat kita tak boleh meredup
Saling menggenggam tangan
Saling beriringan
Saling berbagi
Saling berdampingan
Tuk mengenang sebuah kenangan

Widi Fajarwati
10 Agustus 2019

Minggu, 04 Agustus 2019

Inspirasi

Padang Senja

Saat mentari Kembali sembunyi
Langit jingga menampakkan keangkuhan
Nyanyian alam beraksi
Itulah hari kan menghilangkan hidup
Bayang bayang wajah mulai letih
Tatkala mereka hendak kembali
Duduk bersender dibalik peluh
Pusara cakrawala kan menghilang
Menanti hadirnya bintang dan dewi malam
Menemani hampanya sang langit
Senja pun datang untuk kembali
Memberi mimpi berjuta sepi
Dihiasi dengan tarian nyiur yang bergoyang
Ribuan harap menanti hadir senja
Senja yang dijadikan dambaan
Mereka tertunduk pada senja
Menyilaukan mata nan elok parasnya
Padang Senja....
Menjadi sebuah bukti
Bahwa jutaan asa menanti
Jangan pergi sebelum aku memandang mu
Wahai senja ku beri aku secercah harapan
Untuk bisa membuat dunia ini tertawa
Agar tercipta sebuah rasa cinta
Yang mendekap erat pada sukma
Temani aku dalam mencari hal itu
Juga temani aku untuk selalu bisa terhibur
Jangan biarkan aku jatuh atau tertidur
Dan jadilah saksi untuk esok pagi yang
Lebih dari pada ini

Widi Fajarwati
04 Agustus 2019

Kamis, 01 Agustus 2019

Puisi

Butiran Sepi

Selalu begini
Diwarnai dengan rasa sepi
Tiada yang dapat tersembunyi
Rasa ingin menghampiri
Hanya angin lalu berbagi
Pada ceritaku ini
Yang penuh dengan ilusi
Hanyalah sang mentari
Mewarnai hari hari
Butiran sepi
Kurangkai didalam hati
Agar tercipta seperti pelangi
Mengiringi langkah ini
Mewujudkan senyuman pasti
Butiran sepi....
Menggerogoti hati ini
Mengikisnya menjadi sunyi
Kini aku hanya memiliki
Sebuah mimpi
Mimpi yang belum terbukti
Nyanyian alam membawaku pergi
Entah kemana aku sendiri belum tahu pasti
Yang ku tahu hanyalah isi hati
Yang masih terlukai

Widi Fajarwati
02 Agustus 2019

Jumat, 12 Juli 2019

Merenung

Renungan

Setiap kali aku terdiam...
Seakan diriku tak tahu
Apa yang harus kukatakan
Aku selalu bicara
Pada hati
Mengapa selalu seperti ini
Rasanya...
Aku tercekam
Ada dalam kelam
Pikiran ku putus ditengah jalan
Sebab bimbang dalam melakukan
Tuhan....
Beri aku suatu harapan
Yang bisa membuatku  riang
Aku lelah
Aku lemah
Aku resah
Aku gundah
Aku renungkan diri
Tuk menemukan sesuatu yang abadi
Pada diri ini
Aku tak bisa lagi
Menemui
Sebuah mimpi
Belum pasti
Aku terbuai dalam sunyi
Terbelenggu dalam ironi
Kapan....
Bahagia akan datang
Sedangkan gelombang
Tiada henti menghadang
Tapi.....
Aku yakin
Tuhan pasti tahu
Apa isi hatiku
Suatu saat
Semua akan terjawab 

Minggu, 30 Juni 2019

Kerinduan


Seuntai Rindu

Aku terbelenggu....
Sebab menanti kehadiranmu
Yang selama ini tak ada sepatah kata
Aku terbelenggu....
Tenggelam oleh sang rindu
Rindu yang terbujur kaku
Dan selalu termangu
Bila membayangkan wajahmu
Ditelan sepi oleh sang malam
Aku didera oleh sang rindu
Begitu menyiksa
Membunuh rasa
Gejolak asa tiada henti 
Kala aku mengingat senyumu
Bayang wajahmu mengiang dalam pikiran
Menggema di lubuk hati ini
Suara merdumu selalu teringat dimemori Senandung irama kau lantunkan
Tapi semua...
Hanyalah sisa kenangan
Sewaktu aku mengenalnya
Namun....
Dari lubuk hati ini
Selalu bersemayam sebuah rasa
Yaitu seuntai rindu

(Widi Fajarwati)
30 Juni 2019

Senin, 17 Juni 2019

Sebuah Pena

Sebuah Pena

Aku menggenggam pena
Aku mulai dengan kata
Sebuah cerita
Yang begitu menyiksa
Seolah tiada hentinya
Sesuatu yang ku damba
Belum juga ada
Entah akan jadi apa nantinya
Jika harus seperti ini saja
Semua itu kuletakan diatas meja
Dan aku bicara
Apa yang ada dalam dada
Tentang derita dan air mata
Selalu bersemayam dijiwa
Sebuah Pena
Menggoreskan tinta
Yang tumpah oleh kata
Tentang cinta dan rahasia
Terukir didalamnya
Asa menjelma selalu dipelupuk mata
Aku tak tahu berapa lama
Aku akan terus bercerita
Aku menghayal layaknya pujangga
Pandai merajut kata
Sejujurnya aku tak bisa
Sebuah Pena
Membawaku menyelami ribuan peristiwa
Akan duka dan bahagia
Entah akan jadi apa nantinya
Pena yang ku punya
Seakan memberi tanda
Pada sorot mata
Memberi warna dalam Sukma
Menemani ku menggapai asa

Sabtu, 18 Mei 2019

Puisi

Selamat datang dunia nyata
Kini...
Aku mulai hadapi
Dunia nyata yang sesungguhnya
Ternyata kejam
Begitu kejam dari kerasnya batu karang
Banyak pilihan rupanya
Aku merasa ada diantara gulungan ombak
Terhempas badai
Tertiup angin
Ada yang bekerja mencari selembar rupiah
Ada pula yang menimba ilmu tinggi
Ada pula yang mengakhiri hidupnya dipelaminan
Betapa lucunya dunia ini
Meskipun aku merasa bahwa dunia ini sempit
Namun adakalanya juga peluh membasahi kening
Sebab lelah bertaruh nyawa pada terik
Serasa dineraka
Bertarung melawan garangnya kehidupan
Ternyata....
Dunia ini kejam
Bak gulungan ombak menghempas batu karang
Jika aku ingin jujur
Aku seperti seorang bayi yang baru lahir
Baru tahu rasanya menghadapi dunia sesungguhnya seperti apa
Baru tahu rasanya mencari lembar demi lembar rupiah untuk sesuap nasi
Untuk mengganjal perut yang kelaparan
Jika tak mencari lembar rupiah
Dari mana kita bisa mengisi sejengkal perut
Tuntutan hidup harus terus terpenuhi
Sedangkan sang waktu selalu saja mendesak
Tak mudah memang.....
Tapi mau bagaimana lagi?
Tuhan selalu mendengar suara hati umatnya
Setiap doa yang dipanjatkan kepada Nya
Adalah keluh kesah dari hambanya
Siapa yang ingin hidup susah
Tak ada..
Bahkan semua orang ingin bahagia
Mungkin kita hidup di dunia yang sama
Namun takdir kita berbeda

Kamis, 16 Mei 2019

Puisi

Ketika aku memulai
Banyak kerikil tajam menghadang
Aku bimbang
Aku terhempas pada batu karang
Begitu garang
Tanpa henti menerjang
Waktu datang
Silih berganti
Tanpa takut mewarnai hari
Hari berganti minggu
Minggu berganti bulan
Bulan berganti tahun
Tahun berubah menjadi hari lagi
Begitu seterusnya tak berujung
Aku memulai cerita
Dari semua yang ada dalam angan
Aku menggoreskan hari demi hari
Dalam setiap lembaran hidup
Duka kecewa haru dan bahagia
Bercampur menjadi satu
Warna-warna hidup
Mulai terukir dalam goresan langkah
Mungkin.......
Akan ada hati yang terluka
Atau menjadi duka
Tapi bukan cinta
Melainkan luka yang tercipta
Aku melontarkan......
Hidup bergantung pada takdir
Tak dapat dipungkiri
Selalu jadi perdebatan
Pertautan rumit
Penyebabnya......
Ada darah yang mengalir
Air mata berlinang
Aku tahu......
Tidak akan mudah
Melakukan semua itu
Tapi aku harus bisa
Menerima kenyataan
Aku ditakdirkan
Dengan hidup yang sederhana
Saja

Jumat, 10 Mei 2019

Puisi

Ingin ku kejar pelangi
Tuk mewarnai hari-hari
Ingin ku petik bintang
Dan kubawa pulang
Ingin ku ku gapai langit
Agar  mengobati rasa sakit
Ingin ku lihat mentari
Agar bisa melihat pagi
Tapi aku akui...
Aku payah
Dan tak tahu arah
Membuat mereka bahagia
Belum bisa
Rasanya berat sekali pundak ini
Seakan memikul beban berat
Aku tertatih
Hingga letih
Rasanya begitu pedih
Karena lirih
Aku hanya bisa membisu
Sebab tak tahu
Luka lebam dihati membiru
Dan terbujur kaku
Apakah ini rindu
Tidak.....
Aku merindukan siapa?
Aku tak punya siapa-siapa
Aku hanya manusia biasa
Dengan segala daya upaya
Aku gantungkan asa
Aku memang bodoh
Aku memang ceroboh
Tak dapat berdiri kokoh
Aku hanya punya orang tua dan kawan
Tapi tidak punya rupawan
Sebab aku sering dipermalukan
Ada saja...
Aku tak ingin menyebutnya
Ini adalah rahasia
Yang tahu hanya aku saja
Namun Tuhan lebih tahu
Apa isi hatiku
Karena aku selalu bercumbu
Dengan-Nya
Menangis memohon ampun
Mengeluh bahkan mengadu
Karena hanya dia yang mengerti
Tentang jerit tangis ku

Minggu, 28 April 2019

Puisi

Aku tak kuasa
Menahan derai air mata
Sebab aku tak menyangka
Kini tak ada lagi
Masa putih abu
Tak ada lagi masa
Dimana aku selalu membuat mereka kecewa
Kau adalah lentera
Yang memberi ku keteduhan dari kebodohan
Mungkin aku tak kan tahu
Apa itu bahasa
Apa itu rumus matematika
Apa itu logika
Dan apa itu kenyataan
Tapi kini......
Semua hanya kenangan
Yang akan selalu ku simpan
Kau menjadikan ku
Seorang yang teladan
Seorang yang mandiri
Seorang yang bisa menghadapi
Dunia nyata
Seseorang yang penuh rasa tanggungjawab
Jasa ilmu dan petuahmu
Selalu melekat
Dalam sanubari
Terimakasih
Pahlawan
Semua ucapan mu
Akan selalu ku ingat

Selasa, 23 April 2019

Puisi

Aku tak mengerti

Aku bukanlah siapa-siapamu
Aku juga bukan kekasihmu
Bukan pula teman hidupmu
Namun entah mengapa
Kau selalu saja ada dalam pikirku
Bahkan menghantuiku
Sepanjang waktu
Aku tak mengerti
Dengan rasa ini
Aneh!
Tapi seolah nyata
Kala aku terbunuh rindu
Wajahmu yang hadir
Menemani rinduku
Yang tak berujung
Apakah rasa kita sama
Dalam lembaran hidup
Aku memang tak dapat menahan rasa ini
Tak bisa menipu
Ketika rinduku bergejolak
Dan mimpi yang menemani
Apa bisa hati kita
Menjadi satu
Utuh dan tidak berantakan
Andai Tuhan tahu
Jika rasa kita sama
Apakah kita akan disatukan
Dalam kesetiaan
Aku tak tahu
Kapan Tuhan akan menjawab
Semua keinginan ku
Itu